Sabung Ayam: Menelusuri Jejak Sejarah, Tradisi, dan Kontroversi Perjudian
Title :Sabung Ayam: Menelusuri Jejak Sejarah, Tradisi, dan Kontroversi Perjudian

Sabung ayam—atau dikenal juga dengan istilah lokal seperti tajen di Bali atau massaung manu di Bugis—adalah praktik mengadu dua ekor ayam jantan di sebuah arena pertarungan hingga salah satunya menyerah, kalah, atau mati. Aktivitas ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan kebudayaan di berbagai belahan dunia selama ribuan tahun, termasuk di Indonesia.
Asal Usul Sabung Ayam: Warisan Peradaban Kuno
Praktik adu ayam jago ini bukan fenomena baru. Jejaknya dapat ditelusuri jauh hingga ke masa peradaban kuno, jauh sebelum masehi:
- Lembah Indus dan Mesopotamia (Sekitar 3000 SM): Sabung ayam diperkirakan pertama kali muncul di peradaban Lembah Indus (India kuno) dan Mesopotamia. Di India kuno, praktik ini disebut “Kukkuta Lila” dan kerap dianggap sebagai bagian dari ritual keagamaan.
- Yunani Kuno dan Roma: Bangsa Yunani kuno mengenal sabung ayam sebagai “Alektoromachy” dan sering dihubungkan dengan pemujaan terhadap Dewa Ares, dewa perang. Dari sana, tradisi ini menyebar ke Roma dan kemudian ke Eropa.
- Asia dan Timur Tengah: Dari India, tradisi ini menyebar ke Tiongkok dan Persia (sekitar 500 SM). Di beberapa budaya, ayam jantan bahkan dijadikan sesembahan atau simbol status sosial.
Sabung Ayam di Nusantara: Antara Legenda dan Ritual
Di Indonesia, sejarah sabung ayam sangat panjang dan erat kaitannya dengan kisah-kisah kerajaan dan mitologi:
1. Bukti Sejarah dan Legenda
- Zaman Kerajaan: Catatan sejarah menunjukkan praktik sabung ayam sudah ada sejak zaman kerajaan kuno di Jawa. Di masa Majapahit dan Mataram, ia tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga ritual adat yang sarat makna spiritual dan budaya.
- Folklore dan Cerita Rakyat: Sabung ayam muncul dalam berbagai cerita rakyat Nusantara:
- Ciung Wanara (Kerajaan Galuh, Jawa Barat): Dalam legenda ini, Ciung Wanara, seorang pangeran yang diasingkan, menggunakan sabung ayam sebagai cara untuk menuntut haknya sebagai pewaris takhta. Kemenangan ayamnya menjadi simbol pengakuan identitas.
- Cindelaras (Jawa): Cerita rakyat ini mengisahkan Cindelaras dengan ayam saktinya yang diundang oleh Raja Raden Putra untuk bertarung. Kemenangan ayam Cindelaras mengungkap identitasnya sebagai putra raja.
2. Makna Ganda: Ritual dan Perjudian
Secara tradisional, khususnya di Bali, sabung ayam memiliki dua konteks berbeda:
- Tabuh Rah (Sakral): Ini adalah ritual keagamaan yang merupakan bagian dari upacara persembahan atau yadnya. Tujuan utamanya adalah menumpahkan darah (tabuh rah) sebagai persembahan kepada roh-roh jahat atau elemen alam bawah untuk menjaga keseimbangan kosmis (Bhuana Agung) dan menghindari bencana. Dalam konteks ini, pertarungan dan darah adalah bagian dari ritual, bukan semata-mata perjudian.
- Tetajen (Profan): Inilah bentuk sabung ayam yang lebih berorientasi pada hiburan dan, yang paling sering terjadi, perjudian. Di sinilah taruhan uang dalam jumlah besar seringkali terjadi di kalangan penonton dan pemilik ayam.
Sabung Ayam dan Perjudian: Kontroversi dan Hukum
Meskipun memiliki akar budaya dan ritual yang dalam, dalam perkembangannya, aspek perjudian (tetajen) menjadi sangat dominan dalam praktik sabung ayam di banyak daerah di Indonesia.
- Aspek Sosial: Sosiolog ternama, Clifford Geertz, melalui penelitiannya tentang sabung ayam di Bali, berpendapat bahwa kegiatan ini lebih dari sekadar taruhan uang; ia juga mencerminkan dan menegaskan struktur sosial dan status para pesertanya. Taruhan dianggap sebagai “pertaruhan status” dan kehormatan.
- Legalitas: Di mata hukum modern Indonesia, sabung ayam yang disertai dengan taruhan uang dikategorikan sebagai perjudian dan merupakan tindakan ilegal. Hal ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. Praktik ini dilarang karena dianggap merusak moral, memicu tindak kriminalitas, dan menjerumuskan masyarakat ke dalam kemiskinan akibat kerugian judi. Pengecualian biasanya hanya diberikan pada praktik yang murni bersifat ritual keagamaan, seperti tabuh rah di Bali, dan itupun harus memenuhi persyaratan adat tertentu.
Singkatnya, sabung ayam adalah praktik budaya yang telah berevolusi dari ritual kuno menjadi bentuk hiburan dan—yang paling kontroversial—perjudian. Meskipun menyimpan nilai sejarah yang signifikan, unsur taruhan yang melekat telah menjadikannya ilegal di sebagian besar wilayah Indonesia.
Link daftar silakan di klik : https://panached.org/




